Jumat, 24 Juni 2016

Pantaskah Hukuman Kebiri Dijalankan di Indonesia....

Layakkah Hukuman Kebiri diBerlakukan di Indonesia !!


Foto Profil Suntik MatiBaru-baru ini Indonesia banyak dihebohkan dengan kasus perkosaan, pelecehan dan pencabulan anak dibawah umur. Seperti kasus Enno yang mati dipacul bagian kepala oleh pacarnya setelah diperkosa, kasus perkosaan yang dilakukan oleh 12 Orang terhadap siswi SMP di bengkulu. Sebanyak tujuh dari 12 terdakwa kasus pembunuhan dan pemerkosaan terhadap seorang siswi SMP di Bengkulu dijatuhi vonis hukuman penjara selama 10 tahun dengan pelatihan kerja selama enam bulan. Hingga kasus perkosaan ibu kandung yang dilakukan seorang anak di singkawang karena mabuk minum arak setelah nonton film porno.
Sehingga membuat masyarakat resah dan geram petugas polisi. Muncul wacana hukuman apa yang pantas dan efektif untuk sipelaku agar pelaku jera. Dan meminimalkan bahkan menghilangkan sehingga menjadi tindak prepentif untuk kasus serupa. Yaitu Hukuman mati atau kebiri disebut-sebut sebagai alternatif dari usaha prepentif untuk kasus serupa itu.
Untuk bisa memutuskan kayak atau tidaknya Hukuman Kebiri ,kita harus tahu lebih dulu arti dan fungsi dair Hukuman kebiri tersebut sehingga tahu kelebihan dan kekurangan atau sisi positif dan negatif atas hukuman ini.


  • Apakah Hukuman kebiri itu ?
Kebiri (disebut juga pengebirian atau kastrasi) adalah tindakan bedah dan atau menggunakan
bahan kimia yang bertujuan untuk menghilangkan fungsi Testis pada jantan atau fungsi ovarium pada betina. Pengebirian dapat dilakukan baik pada hewan ataupun manusia.
Pada manusia pengebirian sudah lama dilakukan untuk alasan agama atau sosial budaya di Eropa, Afrika maupun asia, beberapa tradisi pengebirian yang tercatat didunia adalah :

  • Praktik kebiri kasim di China
Pengebirian kasim merupakan bagian dari tradisi di China kuno. Praktik ini dijalankan selama beberapa dinasti. Saat itu, pengebirian adalah syarat untuk mendapatkan pekerjaan di istana sebagai kasim. Sebab seorang kasim kadang bisa memperoleh kekuasaan yang besar di dalam istana. Dilansri Beijing Made Easy, Kasim mendapat kepercayaan besar dari kaisar karena kemungkinan besar mereka tidak akan tergoda untuk merebut kekuasaan dan memulai sebuah dinasti.
Kebiri sukarela sekte Cybele
Yang satu ini lebih miris lagi, pasalnya para pengikut sekte Cybele dari masa Romawi kuno melakukan kebiri terhadap diri sendiri secara sukarela.
Menurut buku On Roman Time karya Salzman, setiap tanggal 24 Maret anggota sekte ini merayakan Dies sanguinis atau ‘hari Darah’. Pada hari tersebut para pemuja Cybele dan Attis mempersembahkan darah mereka sendiri. Beberapa bahkan melakukan pengebirian terhadap diri sendiri. Praktik pengebirian ini umunya dilakukan oleh warga Galli.
Pada tahun 101 SM, pemerintah Romawi melarang praktik kebiri ini dan memerintahkan pengorbanan hewan sebagai gantinya.

Praktik kebiri naesi di Kerajaan Korea

Naesi, kasim dari Korea zaman kerajaan juga mengalami pengebirian. Pelayan anggota kerajaan dan pejabat negara ini mulai dikenal pada masa Dinasti Goryeo. Pada tahun 1392 ketika Dinasti Joseon berkuasa, para naesi berada dalam naungan satu departemen khusus dan terdiri dari dua tingkatan golongan, yaitu sangseon dan naegwan.
Menurut buku Children in Slavery Through the Ages, legenda mengatakan kalau proses kebiri para naesi dilakukan dengan cara meruapi alat kelamin anak laki-laki dengan kotoran manusia dan menyuruh anjing untuk menggigitnya.
Pada masa Dinasti Yuan, kasim menjadi komoditas yang diinginkan untuk upeti, dan gigitan anjing digantikan dengan teknik bedah yang lebih canggih.

Kebiri sukarela sekte Skoptsy

Skoptsy merupakan sebuah sekte sekretif pada masa pemerintahan Tsar Rusia. Nama Skoptsy berasal dari istilah kuno Rusia ‘skopets’ yang berarti ‘dia yang dikebiri’. Sekte ini dikenal karena praktik pengebirian secara sukarela yang dilakukan oleh anggota pria maupun wanita.
Orang-orang Skoptsy percaya bahwa setelah pengusiran dari Taman Eden, Adam dan Hawa memiliki bagian dari buah terlarang yang dicangkokkan ke tubuh mereka, yaitu testis dan payudara. Dengan penghapusan organ-organ seksual tersebut, mereka beranggapan kalau manusia akan terhindar dari dosa berupa nafsu.
Gerakan ini muncul pada akhir abad 18. Namun keberadaannya ditentang oleh pihak kerajaan dan kemudian pemerintah Uni Soviet. Setelah abad 20, gerakan sekte ini tak lagi terdengar.

Pengebirian kasim di Vietnam

Kerajaan Vietnam kuno mengadopsi sistem kasim dan teknik pengebirian dari China. Pada masa itu, satu-satunya pria yang boleh tinggal di istana adalah raja. Menurut Vietnam Heritage Magazine, para kasim bertugas sebagai pelayan untuk anggota keluarga kerajaan yang wanita. Mereka menjalankan aktivitas yang umum dilakukan pelayan wanita, yaitu memijat, memakaikan riasan, dan mempersiapkan para selir sebelum berhubungan badan dengan raja.
Para kasim diharuskan menjalani proses kebiri untuk mencegah kemungkinan perselingkuhan dengan salah satu wanita di istana. Proses pengebirian dilakukan dengan memotong seluruh alat kelamin, termasuk penis dan testikel dengan pisau tajam. Sebelumnya sang calon kasim diikat di atas meja dan alat kelaminnya disterilkan dengan air merica. Setelah dipotong, sebuah tabung kemudian dimasukkan ke dalam uretra untuk memungkinkan buang air kecil selama penyembuhan.

Tradisi pengebirian sekte Valesian

Sama seperti Skoptsy, Valesian adalah sekte yang menganjurkan pengebirian terhadap diri sendiri. Menurut buku A Brief History Of Castration karya Victor T. Chenney, sekte ini didirikan oleh Valesius, seorang filsuf Timur Tengah pada abad 2 Masehi.
Menurut buku Panarion Epiphanius, anggota sekte tidak diperbolehkan makan daging sampai mereka sudah dikebiri, karena mereka yang tidak dikebiri bisa terbangkitkan nafsu seksualnya setelah menyantap daging.
Selain melakukan praktik kebiri terhadap diri sendiri, sekte Valesian dikenal karena sering melakukan pengebirian paksa kepada para musafir yang lewat ke daerah mereka.

Castrato di gereja-gereja Eropa

Sampai abad 19, di Eropa masih terdapat praktik castratism pada anak-anak di bawah umur. Ini adalah praktik pengebirian terhadap para penyanyi pria saat mereka belum mencapai pubertas. Tujuannya adalah untuk mempertahankan kualitas suara penyanyi. Pasalnya para musisi ini biasanya kesulitan untuk menyanyikan nada-nada tinggi begitu memasuki usia remaja.
Para penyanyi yang menjalani castratism disebut castrato. Castrato sering dijumpai sampai abad 18, karena pada masa itu wanita masih dilarang bernyanyi di gereja. Praktik ini mulai memudar pada awal abad 19. Menurut Alessandro Moreschi and the World of the Castrato, castrato terakhir yang suaranya didokumentasikan adalah Alessandro Moreschi. Dia bertugas sebagai penyanyi di paduan suara Kapel Sistina. Moreschi meninggal pada tahun 1922.



Apa Tujuan Sesungguhnya Kebiri ?
Bila kebiri atau pengebirian dilakukan pada manusia akan berdampak kebiri berdampak pada hilangnya nafsu secara seksual atau libido. Tak hanya itu, dampaknya pun meluas pada kesehatan fisik.
"Dampak yang lain, otot berkurang, lemak meningkat. Jadi, gairah hidup berkurang, semangat hidup berkurang,"
Dalam dunia kedokteran, kebiri dikenal dengan kastrasi. Pada era modern, kebiri tak lagi dilakukan dengan membuang testis, tetapi secara kimia. Prosesnya bisa melalui pemberian pil ataupun suntikan hormon antiandrogen. "Hormon antiandrogen itu adalah anti-hormon laki-laki dalam tanda kutip," ujar Wimpie.
Pemberian obat antiandrogen itu akan membuat pria kekurangan hormon testosteron sehingga tak ada lagi memiliki dorongan seksual. Obat antiandrogen akan memberikan efek yang sama dengan kebiri fisik. Selain itu, obat antiandrogen juga menyebabkan pengeroposan tulang dalam jangka panjang.
Wimpie juga mengatakan bahwa pemberian obat antiandrogen tidak akan memunculkan efek bahwa seorang pria akan menjadi feminin. Sebelumnya, rencana hukuman kebiri diusulkan mengingat maraknya kasus kejahatan seksual terhadap anak-anak.
Jaksa Agung HM Prasetyo mengatakan, pemerintah tengah menyiapkan draf peraturan pemerintah pengganti undang-undang untuk merealisasikan aturan itu. Menurut Prasetyo, kebiri menjadi hukuman tambahan selain hukuman penjara untuk memberikan efek jera.


    Apa Tujuan di Berlakukan Hukuman Kebiri di Indonesia ?
Melihat dari Tujuan sesungguhnya yaitu menghilangkan fungsi dari testis pada pejantan maka hal ini dimaksudkan agar sifat pejantan tidak aktif lagi sehingga menimbulkan dampak jera dan menyesal ( karena melakukan asusila ) dan malu bila dikenai hukuman ini ( malu terhadap lingkungan karena melakukan asusila ).
Nah pantaskah hukuman ini dijalankan oleh pemerintah di Indonesia ?!!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar